Hmmm, memasuki bulan Desember Semarang kerap kali diguyur hujan. Tembalang yang sempat memanas pun sekarang mulai terasa dingin. Walaupun kalau siang panasnya juga minta ampun. XD
Jadi gimana? Bulan Desember akan segera berakhir itu berarti semester genap akan dimulai. Saya akan memasuki semester enam dan yang sekarang duduk di kelas tiga SMA akan segera lulus.
Lulus untuk anak SMA bukan lulus begitu saja. Masih ada hal yang harus dipertanyakan dan dikerjakan. Contohnya, Setelah lulus akan kuliah di mana? Ngambil jurusan apa? Kalau jurusan yang diminati adanya di luar kota haruskah merantau? Dan lain-lain.
Salah satu PTN yang ada prodi Sastra Jepang |
Karena saya mahasiswa Sastra Jepang saya akan berbagi informasi mengenai Sastra Jepang. Di Indonesia PTN (Perguruan Tinggi Negri) yang memiliki prodi Sastra Jepang masih sangatlah sedikit. Sebut saja, UI, UGM, UB, Unpad, Undip, Unair dan Andalas. Peminatnya pun belum terlalu banyak. Sependek pengetahuan saya, kebanyakan mahasiswa yang mengambil jurusan Sastra Jepang adalah orang-orang yang menyukai kebudayaan Jepang. Tak dapat dipungkiri budaya J-Pop memang berkembang pesat di Indonesia. Selain itu mungkin orang-orang yang mendapat pilihan kedua. Kenapa pilihan kedua? Mungkin saat seleksi masuk perguruan tinggi dia memilih jurusan lain untuk pilihan pertama dan yang kedua adalah Sastra Jepang. Karena yang pertama tidak lolos dan yang kedua lolos, apa boleh buat jadilah mahasiswa Sastra Jepang.
Untuk sekedar Informasi, kuliah di Sastra Jepang itu mudah-mudah susah. Untuk semester pertama memang mudah, karena kita masih menggunakan buku dasar. Jadi tak terlalu susah. Saat memasuki semester lima baru terasa susahnya. Kita dihadapkan pada banyak kenyataan yang pada semester satu tidak kita ketahui. Contohnya Negara Jepang menggunakan 5 huruf untuk komunikasi verbalnya. Bayangkan Indonesia saja hanya punya satu. Alphabet. Jepang lima. Apa saja itu? Hiragana, Katakana, Kanji, Romaji dan Alphabet. Semuanya jadi satu. Hiragana dan Katakana sih masih mudah hanya terdiri dari 46 karakter dan hanya mewakili satu bunyi bahasa. Lha Kanji? ada ribuan Kanji yang tersebar di pelosok Jepang sana. Bahkan menurut pengakuan orang Jepang sendiri ada banyak Kanji yang tidak mereka tahu. Yang lebih membingungkan lagi Kanji dibaca dengan dua cara. On-yomi dan kun-yomi. Cara baca Jepang dan cara baca Cina. Jadi satu haruf bisa dibaca berbeda-beda tergantung makna. Jadi kita musti menyiapkan memori yang lebih jika belajar Kanji. Untuk Kanji memang ada mata kuliahnya sendiri, dan hati-hati minna-sama, kebanyakan mahasiswa mengulang di mata kuliah ini. Kanji sudah seperti mimpi buruk untuk mahasiswa Sastra Jepang kebanyakan.
Selain Kanji, momok yang sama-sama menakutkannya adalah Bunpou. Bunpou adalah tata bahasa Jepang. Ada yang bilang bahasa itu mewakili budaya. Pada tahu kan gimana budaya orang Jepang? Orang Jepang terkenal sangat santun. Begitu juga susunan bahasanya. Karena orang tua saya orang Jawa, saya bisa menyebut bahasa Jepang seperti bahasa Jawa. Mereka mengenal bahasa krama, Jadi kosakata yang digunakan orang Jepang tergantung dengan siapa mereka berbicara. contohnya taberu. artinya makan, digunakan untuk orang yang seumuran. sedangkan untuk orang yang lebih tua menggunakan mesiagarimasu. Mirip bahasa Jawa kan? Walaupun lebih banyak lagi yang bilang seperti bahasa Sunda. Berhubung saya tidak tahu bahasa Sunda jadi saya memilih menggunakan contoh bahasa Jawa.
Konsep bertutur kata dalam bahasa jepang tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaan usia. Maksudnya, untuk menghormati orang tua, kita menggunakan pilihan kata yang lebih bagus. tidak. Ada banyak konsep dalam bahasa Jepang. Kita mengenal Uchi Soto atau orang dalam dan orang luar. Nah, hal-hal menarik seperti ini bisa kita temukan di mata kuliah Kebudayaan Jepang. Mata kuliah ini selalu jadi favorit mahasiswa. Di sini kita bisa belajar banyak hal dari Negeri Matahari Terbit tersebut. Kalian tahu shodo? Itu kaligrafi Jepang. Kita juga akan belajar itu. Kita akan lebih banyak tahu tentang gaya hidup orang Jepang. Otaku. Hikikomori. Jisatsu, Ijeme. Geisha. Itu akan jadi bahasan yang menarik sekali untuk diperbincangkan.
Bicara mengenai jurusan kuliah terasa tidak afdol kan kalau tidak bicara tentang peluang kerjanya nanti seperti apa. Karena saya juga masih semester lima, tidak pantas saya bilang kalau peluangnya sangat bagus. Seperti mendongeng tanpa tahu kenyataan di lapangan. Tapi sependek pengetahuan saya jarang ada yang menganggur. Dosen, penerjemah, karyawan di perusahaan Jepang adalah contoh yang bisa saya sebutkan. Jika kalian memiliki skill lain, jurnalistik misalnya. Itu akan lebih bagus. Siapa tahu kalian dikirim ke Jepang karena bisa berbahasa Jepang dan meliput berita di sana. Yang pasti jalanin dulu aja, siapa tahu jodoh. :D
Yang pasti kuliah di Sastra Jepang itu ga selalu menyenangkan. Ada pahitnya juga. Tapi bukankah selalu begitu? Tidak ada proses menuntut ilmu yang mudah. Jadi nikmati saja selagi bisa. Ganbatte kudasai buat siapapun yang memilih jurusannya Sastra Jepang. Kalian Luar Biasa.
Mahasiswa Sastra Jepang |
Konsep bertutur kata dalam bahasa jepang tidak hanya dipengaruhi oleh perbedaan usia. Maksudnya, untuk menghormati orang tua, kita menggunakan pilihan kata yang lebih bagus. tidak. Ada banyak konsep dalam bahasa Jepang. Kita mengenal Uchi Soto atau orang dalam dan orang luar. Nah, hal-hal menarik seperti ini bisa kita temukan di mata kuliah Kebudayaan Jepang. Mata kuliah ini selalu jadi favorit mahasiswa. Di sini kita bisa belajar banyak hal dari Negeri Matahari Terbit tersebut. Kalian tahu shodo? Itu kaligrafi Jepang. Kita juga akan belajar itu. Kita akan lebih banyak tahu tentang gaya hidup orang Jepang. Otaku. Hikikomori. Jisatsu, Ijeme. Geisha. Itu akan jadi bahasan yang menarik sekali untuk diperbincangkan.
Geisha |
Yang pasti kuliah di Sastra Jepang itu ga selalu menyenangkan. Ada pahitnya juga. Tapi bukankah selalu begitu? Tidak ada proses menuntut ilmu yang mudah. Jadi nikmati saja selagi bisa. Ganbatte kudasai buat siapapun yang memilih jurusannya Sastra Jepang. Kalian Luar Biasa.