Sebelum menjadi Mahasiswa seperti
sekarang ini, kita semua pasti melewati masa kanak-kanak yang menyenangkan. Yang
setiap harinya hanya berkutat dengan permainan-permainan yang tak pernah
membuat bosan meskipun sudah ratusan kali dilakukan. berbeda dengan anak-anak zaman sekarang yang lebih memilih
menggunakan gadget untuk bermain games, anak-anak zaman dahulu tidak bisa lepas
dari permainan tradisional.
Kagome-Kagome |
Dilihat dari kata permainan
tradisional kita bisa mengetahui permainan
tradisional adalah permainan yang telah ada sejak zaman dahulu dan
diturunkan secara turun temurun untuk anak cucu kita. perkembangan permainan
tradisional ini bisa dibilang jalan ditempat sejak kemajuan teknologi merambah
kehidupan kita atau malah bisa dibilang mengalami kemunduran yang signifikan.
Tapi dengan adanya permainan
tradisional itu membuktikan bahwa suatu negara memiliki kebudayaan yang tak
ternilai hargnya. Seperti halnya negara Jepang yang kaya akan kebudayaan.
Jepang adalah salah satu negara Asia yang bisa disejajarkan dengan
negara-negara maju di Eropa, maka tak heran jika Jepang disebut dengan Macan
Asia. Yang menakjubkan lagi dari Jepang
adalah, Jepang sangat menjaga kebudayaannya sehingga tidak luntur dan usang
ditelan zaman. Selain menjaga kebudayaan untuk negara mereka sendiri Jepang
juga mempromosikan kebudayaannya sehingga hampir semua mata di dunia tahu
tentang kebudayaan mereka. Salah satu contoh kebudayaannya meliputi permainan
tradisional Jepang. Jepang memiliki banyak permainan tradisional, di antara
lain yaitu :
- Darumasan ga koronda
- Ponjan (sejenis mahjong)
- Fukuwarai (permainan menempelkan anggota wajah)
- Hana Ichi Momme
- Hanetsuki
- Kagome Kagome
- Ken Ken Pa§
- Makura-Nage
- Nawatobi
- Onigokko
- Oshikura manju
- Otedama
- Uta-garuta
- Kamizumo
Oni adalah
makhluk kuat, jahat, dan menakutkan yang dipercaya memiliki kekuatan
supranatural dalam kepercayaan Jepang. Ia datang dari dunia lain membawa
bencana atau nasib baik. Kekuatan spiritual yang dimilikinya begitu menakutkan,
dan dipercaya memiliki kekuatan baik sekaligus jahat, sehingga menjadi obyek
pemujaan sekaligus dihindari kehadirannya. Oni termasuk salah satu jenis yōkai.
Dalam bahasa Tionghoa, aksara hanzi untuk oni dibaca sebagai "guǐ"
yang berarti arwah orang meninggal. Bagi orang Tionghoa, nama tersebut tabu
untuk disebut-sebut. Di Jepang, aksara yang sama dibaca sebagai oni (iblis),
mono (arwah yang berdiam), atau kami. Sejak zaman Heian, oni digambarkan
sebagai laki-laki besar berambut gondrong dan keriting. Matanya besar menakutkan.
Di kepalanya terdapat dua buah tanduk (oni merah) atau sebuah tanduk (oni
biru). Mulutnya dipenuhi gigi yang bertaring, dan jarinya berkuku tajam.
Pakaian hanya berupa sepotong cawat (fundoshi) dari kulit harimau. Senjata yang
dibawanya disebut kanebō, berbentuk sebilah gada penuh duri-duri tajam.
Lagu yang
dinyanyikan adalah lagu anak-anak Kagome Kagome. Anak yang menjadi oni duduk
mendekam di tengah lingkaran sambil menutup mata dengan kedua belah tangan.
Ketika lagu selesai dinyanyikan, anak itu harus menebak nama anak yang persis
ada di belakangnya. Anak yang namanya berhasil ditebak mendapat giliran
berjaga.
Permainan ini
umumnya dilakukan oleh kelompok kecil yang terdiri dari 5 hingga 6 orang anak.
Bila peserta terlalu banyak, anak yang sedang menjadi oni sulit untuk menebak
nama anak yang persis ada di belakangnya. Permainan dimulai dengan janken untuk mengundi anak yang akan dijadikan oni.
Janken bisa
disebut juga Batu -Gunting-Kertas adalah sebuah permainan tangan dua orang.
Permainan ini sering digunakan untuk pemilihan acak, seperti halnya pelemparan
koin, dadu, dan lain-lain. Beberapa permainan dan olahraga menggunakannya untuk
menentukan peserta mana yang bermain terlebih dahulu. Kadang ia juga dipakai
untuk menentukan peran dalam permainan peran, maupun dipakai sebagai sarana
perjudian. Permainan ini dimainkan di berbagai belahan dunia. Di kalangan
anak-anak Indonesia, permainan ini juga dikenal dengan istilah "Suwit
Jepang". Di Indonesia dikenal juga permainan sejenis yang dinamakan suwit—Terdapat
tiga isyarat tangan dalam permainan ini. Batu digambarkan oleh tangan mengepal,
gunting digambarkan oleh jari telunjuk dan tengah, kertas digambarkan oleh
tangan terbuka. Tujuan dari permainan adalah mengalahkan lawan bermain. Aturan
standar adalah batu mengalahkan gunting, gunting mengalahkan kertas, dan kertas
mengalahkan batu. Jika kedua pemain mengeluarkan isyarat yang sama, maka
permainan diulang. Kadangkala pemain menggunakan sistem berulang-ulang artinya
sekali kemenangan tidak cukup untuk menghentikan permainan. Misalnya pemain
yang menang 5 kali terlebih dahulu menjadi pemenang
Lirik lagu yang
dinyanyikan sewaktu mengelilingi oni dapat berbeda sedikit menurut daerahnya di
Jepang. Lirik yang populer sekarang adalah lirik yang didokumentasikan oleh
Naoji Yamanaka di kota Noda, Prefektur Chiba pada awal zaman Showa. Lirik lagu
Kagome Kagome dapat ditafsirkan bermacam-macam. Berbagai kanji yang berbeda
dapat dipakai untuk menulis kata kagome sehingga artinya menjadi berbeda-beda:
1. kagome
籠目, anyaman kotak dari
bambu
2. kakome
囲め, kelilingi
3. kagame
屈め, duduklah mendekam
Kata kagome juga
dapat berarti tempat hukuman mati yang dikelilingi pagar bambu, segi enam,
heksagram, atau ditulis sebagai kagome (籠女?)
yang berarti wanita hamil. Begitu pula halnya dengan kata-kata berikutnya yang
mengundang berbagai penafsiran. Oleh karena itu, lirik lagu ini melahirkan
berbagai cerita misteri, mulai dari kisah wanita hamil yang keguguran karena
jatuh didorong mertua, wanita penghibur yang selalu dikurung dan diawasi,
hingga sandi menuju lokasi Emas Terpendam Tokugawa.
Lirik
Kagome Kagome.
Kagome
kagome, kago no naka no tori wa
Itsu
itsu deyaru? Yoake no ban ni
Ushiro
no shoumen daare?
Artinya :
Kagome
kagome, burung dalam sangkar
Kapan
kapan kau keluar? Saat malam dini hari
Burung
jenjang dan penyu tergelincir
Siapa
yang ada tepat di belakang?
Lirik lagu
Kagome Kagome menurut banyak orang adalah salah satu lagu yang menyeramkan karena
banyak mengandung misteri selain lagu toru-toru
bozu dan Tooryanse. Lagu ini juga
dikaitkan dengan salah satu kisah tragis anak-anak panti asuhan yang ada di
jepang. Mereka menjadi objek eksperimen berbahaya para ilmuwan NAZI (Jerman), kisah ini terjadi
setelah perang dunia ke-dua berakhir.
Di sebuah bukit
daerah Shimane, dekat dengan area Hiroshima banyak ilmuwan NAZI yang melakukan eksperimen yang tidak bisa
diterima dengan akal sehat. Ilmuwan-ilmuwan ini dikenal sebagai ilmuwan yang
sering melakukan eksperimen aneh dan selalu bersembunyi di bawah radar dan kali
ini mereka ingin meneliti sebuah ‘keabadian’. Mereka beranggapan di dalam otak terdapat ‘tombol
kematian universal’ yang aktif setelah otak manusia berkembang dan tombol
inilah yang mengatur kematian seseorang.
Para ilmuwan ini
mengemukakan bahwa mereka bisa mengangkat tombol tersebut dan memberikan
manusia sebuah keabadian dan eksperimen ini berlangsung pada tahun 1942. Mereka
memilih sebuah panti asuhan di Jepang, sebagai tempat eksperimen dan objek
penelitian mereka adalah anak-anak yang tinggal di dalam panti asuhan
tersebut.
Sebelum
anak-anak tersebut diteliti mereka akan
melakukan tes psikologi dan mendapatkan imunisasi agar terhindar dari cacat dan saat itu mereka
memulai eksperimen mereka dengan
membedah salah satu staff panti asuhan
tersebut untuk mencari tahu perbedaan antara
otak manusia dewasa dan otak anak-anak. Sambil mencari tombol kematian
tersebut agar dapat memulai eksperimen mereka.
Korban pertama
eksperimen tersebut adalah anak yang paling tinggi di antara semua anak di
panti tersebut. Mereka mulai membelah kepala anak itu dan mengangkat ‘tombol
kematian’nya. Namun naas, saat kepalanya di tutup, anak ini kemudian tewas dan
mayatnya di buang begitu saja di hutan belakang panti asuhan tersebut.
Setelah mendapat
banyak peralatan baru dan menggunakan metode-metode yang berbeda di setiap
penelitiannya. Para ilmuwan ini akhirnya berhasil mengangkat ‘tombol kematian’
tersebut dan membangunkan banyak pasien mereka dan pada tahun 1943, mereka
sukses mengangkat ‘tombol kematian’ seorang gadis termuda di panti tersebut,
namun sayangnya gadis kecil ini kehilangan kemampuan untuk berkeringat. Para
ilmuwan ini merasa begitu senang dan berpesta pora dan akhirnya mereka beristirahat
untuk sementara waktu.
Namun, keesokan
paginya, anak ini tidak bangun dari tidurnya dan mengalami koma. Sayang, para
ilmuwan ini tidak menyerah begitu saja, beberapa saat kemudian entah dengan
metode apa, mereka berhasil membangunkannya kembali dan eksperimen inipun
berlanjut dengan eksperimen yang berbeda. Mereka berencana untuk mengamputasi
tangan dari salah satu anak dan menggantinya dengan tangan buatan yang
rencananya akan di kirim dari Moskow, Rusia. Mereka memilih salah satu anak
perempuan dan mengamputasi tangannya begitu saja. Tetapi, tangan buatan tersebut
tak kunjung datang dan anak perempuan itupun hidup dengan satu tangan saja.
Salah satu anak
panti yang tidak menyukai eksperimen tersebut mulai memberontak. Ia mencuri dan
menghancurkan catatan, peralatan dan merusak ruangan penelitian mereka. Dibandingkan
umurnya yang masih 8 tahun, ia mengakibatkan banyak kerusakan yang tak sesuai
dengan ukurannya. Ilmuwan senior begitu memandang hina dirinya namun mereka tak
melakukan apapun agar tak menimbulkan kecurigaan.
Mereka malah
menyuruh tentara NAZI untuk menghabisinya. Bocah kecil tersebut secara brutal
dipenggal oleh bayonet tumpul dan mayatnya tidak di kubur. Ia di buang begitu
saja di hutan belakang panti tersebut dan para tentara mengatakan kepada
penjaga anak-anak bahwa ia telah menemukan keluarga yang baru.
Para ilmuwan
tersebut melanjutkan eksperimen mereka dengan anak-anak yang sudah dibedah
sebelumnya untuk mencoba metode baru mereka. Menyedihkan, tak ada satupun dari
mereka yang selamat. Pada beberapa anak, ada yang kehilangan dahinya, dagu dan
lidahnya di angkat, dan ada yang setengah kepalanya hilang. Tragisnya, semua
percobaan ini tanpa menggunakan obat anastetik saat anak-anak malang ini
dibedah (tanpa dibius terlebih dahulu agar tidak merasakan sakit).
Para ilmuwan ini
berpendapat bahwa eksperimen ini tidak bekerja pada anak-anak. Sehingga, mereka
pun memilih beberapa penjaga anak-anak (dewasa) untuk di bedah. Dan
mengejutkannya mereka semua selamat dan bertahan.
Saat eksperimen
itu sedang berjalan, beberapa ilmuwan diperintahkan untuk melihat kondisi dan
sikap anak-anak yang masih bertahan. Disinilah hal-hal aneh mulai terjadi. Di
jurnal salah seorang ilmuwan tertulis “Awalnya mereka terlihat normal-normal
saja seperti anak-anak lainnya. Bermain dengan ceria, belajar dengan normal
tapi jika mereka terpisah dengan kelompoknya, mereka seperti .. hilang.. mereka
mondar-mandir tidak jelas, dengan senyum kosong di wajah mereka, mereka selalu
menatap langsung kepadamu. Jika di dekati dari belakang, mereka akan berbalik
secepat kilat dan beberapa saat, kau dapat melihat ekspresi yang jahat di wajah
mereka dan akan membuatmu gemetar. Namun kemudian kau akan sadar mereka hanya
sedang membuat senyuman manis di wajah mereka lagi.
Hal lain yang
rasanya seperti mengikuti kami, hanya pada saat kami sendiri. Setelah selesai
dengan ketikanku dan menuju ruanganku, seringkali aku dikejutkan oleh salah
satu anak yang berdiri beberapa meter di lorong yang gelap dan memandangiku.
Ketika aku beranjak menuju ruanganku, ia mengikutiku dan aku pun langsung
menutup pintuku, mengganjalnya dengan kursi dan kemudian aku tidur dengan
tenang. Rasanya mereka seperti hantu di malam hari. Dan hal yang lucu terjadi,
aku sering melihat salah satu anak dengan rambut yang sedikit kemerahan. Namun
saat aku bertanya pada penjaga, mereka menjawab bahwa tidak ada anak yang
seperti itu disini.
Mereka juga
sering bermain bahkan sebelum kami datang. Aku tidak memiliki banyak
pengetahuan tentang Jepang, tapi nama permainan itu sepertinya ‘kagome kagome’
berdasarkan jawaban salah satu translator kami. Beberapa anak mengelilingi
salah satu anak yang duduk di tengah sendirian, bersama mereka berpengangan
tangan dan mulai berjalan mengelilinginya dengan wajah yang menakutkan sambil
bernyanyi lagu yang aneh, kau akan kalah jika kau curang.
Setelah
berbicara dengan mereka, aku melihat sepertinya mereka lebih banyak melamun,
pelupa dan terkadang pandangan mereka kosong, seolah-olah eksperimen itu
menghapus memori mereka. Tapi sepertinya bukan jenis lamunan yang polos, namun
lebih jahat. Mereka akan melihatmu dengan pandangan mata yang lebar dan
bertanya padamu pertanyaan yang sepertinya telah mereka ketahui sebelumnya.
Salah satunya pernah bertanya “kapan nenekmu mati, apa benar dia meninggalkanmu
sebuah jam tangan berlapis emas?” rasanya gila, tapi aku menjawabnya dengan
jujur “iya ..”
Pada awal tahun
1945 saat Hiroshima di bombardir musuh dan Jerman terkena denda, eksperimen itu
di hentikan. Orang-orang Jerman itu mulai membereskan alat-alat mereka,
sebagian dari mereka sudah ada yang pulang dikarenakan mental mereka yang
hampir gila karena menghadapi sikap anak-anak tersebut hingga hanya 4 ilmuwan
yang tersisa.
Setelah mengirim
peralatan mereka yang terakhir, para ilmuwan itu menganggap mereka harus
berpamitan dengan para penjaga anak-anak tersebut dan merekapun melakukannya.
Dan yang membuat salah satu ilmuwan ketakutan dan mengejutkan ilmuwan lainnya,
kepala penjaga tersebut mengatakan dalam bahasa Jerman yang fasih “maukah
kalian bermain satu permainan terakhir dengan kami?”
Tiga dari mereka
setuju, dan mereka memulai permainan tersebut. Para ilmuwan itu mulai menutup
mata mereka dan anak-anak beserta penjaganya mulai mengelilingi mereka.
“Sekarang.. Jika
kau curang, kau kalah..”
Satu-satunya
ilmuwan yang tersisa lari ketakutan menuju truk terakhir tanpa melihat ke
belakang lagi.
Terlepas dari
banyaknya misteri yang terkandung dalam lirik lagu Kagome Kagome ini, permainan
ini digemari banyak anak-anak di Jepang dan hampir di seluruh belahan dunia
mengetahui tentang permainan tradisional ini.