Sebelum saya memaparkan apa itu Muen Shakai, akan
saya paparkan fakta-faktanya terlebih dahulu.
- Pada Tahun 1987 ada 1.123 muenshi 788 laki-laki dan 335 perempuan
- Dan tahun 2006 melonjak menjadi 3.395. 2362 laki-laki dan 1.033 perempuan
- Dan sekarang setiap hari hampir ada 10 orang yang meninggal tanpa diketahui identitasnya.
- Pada tahun 1920 orang yang memutuskan untuk tinggal sendiri mengalami peningkatan. Hingga puncaknya pada 1980, 40 % warga Jepang tinggal sendiri.
- Pada tahun 1975 JPSS melaporkan bahwa generasi muda Jepang yang tinggal dengan orang tuanya turun sebanyak 54.4 %.
Kata Muen Shakai ditujukan
untuk setiap orang Jepang yang sama sekali tidak ingin dan tidak pernah
bersosialisasi. Fenomena ini sudah tersebar luas di mana
orang Jepang mendapati bahwa hubungan pribadi mereka di rumah, tempat kerja
serta di dalam komunitas lokal melemah. Kata Muen Shakai sendiri berarti
“Masyarakat terkucil”. Faktor yang menyebabkan Muen Shakai ini tak lain dan tak bukan adalah faktor kegemaran, faktor keluarga, faktor sosial, dan faktor ekonomi.
Dan golongan orang yang bisa disebut dengan muenshi adalah sebagai berikut.
1. Otaku
Teknologi yang sangat maju, membuat
masyarakat Jepang pada khususnya menjadi terlena dan tenggelam dalam dunianya
sendiri. Hingga muncul istilah Otaku (おたく/オタク) istilah ini digunakan untuk menyebut orang yang
betul-betul menekuni hobi. Istilah "otaku" dalam arti sempit awalnya
hanya digunakan di antara orang-orang yang memiliki hobi sejenis yang membentuk
kalangan terbatas seperti penerbitan Dōjinshi. Belakangan ini, istilah otaku
dalam arti luas sering dapat mempunyai konotasi negatif atau positif bergantung
pada situasi dan orang yang menggunakannya. Istilah otaku secara negatif
digunakan untuk penggemar fanatik suatu subkultur yang letak bagusnya tidak
bisa dimengerti masyarakat umum, atau orang yang kurang mampu berkomunikasi dan
sering tidak mau bergaul dengan orang lain. Otaku secara positif digunakan
untuk menyebut orang yang sangat mendalami suatu bidang hingga mendetil,
dibarengi tingkat pengetahuan yang sangat tinggi hingga Sebelum istilah otaku
menjadi populer di Jepang, sudah ada orang yang disebut "mania"
karena hanya menekuni sesuatu dan tidak mempunyai minat pada kehidupan
sehari-hari yang biasa dilakukan orang. Di Jepang, istilah otaku sering
digunakan di luar konteks penggemar berat anime atau manga untuk menggantikan
istilah mania, sehingga ada istilah Game-otaku, Gundam-otaku (otaku mengenai
robot Gundam), Gunji-otaku (otaku bidang militer), Pasokon-otaku (otaku
komputer), Tetsudō-otaku (otaku kereta api alias Tecchan), Morning Musume-otaku
(otaku Morning Musume alias Mō-ota), Jani-ota (otaku penyanyi keren yang tergabung
dalam Johnny & Associates).
Secara derogatif, istilah otaku
banyak digunakan orang sebagai sebutan bagi "laki-laki dengan kebiasaan
aneh dan tidak dimengerti masyarakat umum," tanpa memandang orang tersebut
menekuni suatu hobi atau tidak. Anak perempuan di Jepang sering menggunakan
istilah otaku untuk anak laki-laki yang tidak populer di kalangan anak
perempuan, tapi sebaliknya istilah ini tidak pernah digunakan untuk perempuan.
Berhubung istilah otaku sering digunakan dalam konteks yang menyinggung
perasaan, penggunaan istilah otaku sering dikritik sebagai praduga atau
perlakuan diskriminasi terhadap seseorang. Dunia Otaku ini semakin lama semakin
mengerikan, karena bukan meningkatkan kualitas pribadi tetapi malah membuat
masyarakat menjadi pribadi yang enggan berkomunikasi satu sama lain sehingga
mereka berpikiran untuk hidup sendiri dan
tidak membutuhkan orang lain. Hal ini berbanding lurus dengan rendahnya tingkat pernikahan yang
terjadi di negara Jepang. Jika hal ini
terjadi secara terus menerus maka akan mengakibatkan turunnya angka kelahiran,
sehingga generasi muda di Jepang akan sulit ditemukan.
Otaku itu sendiri mulai dikenal di
luar Jepang untuk menyebut penggemar berat subkultur asal Jepang seperti anime
dan manga sejak paruh kedua dekade 1990-an. Istilah otaku pertama kali
diperkenalkan oleh kolumnis Nakamori Akio dalam artikel "Otaku" no
Kenkyū (おたくの研究 Penelitian
tentang Otaku) yang dimuat majalah Manga Burikko. Dalam artikel yang dimuat
bersambung dari bulan Juni hingga Desember 1983, istilah otaku digunakan untuk
menyebut penggemar berat subkultur seperti anime dan manga. Otaku berasal dari
sebuah istilah bahasa Jepang yang merujuk kepada rumah atau keluarga orang lain
(お宅/御宅, otaku). Kata ini sering digunakan
sebagai metafora untuk honorifik kata ganti orang kedua. Dalam kasus ini,
terjemahannya adalah "Anda". Sebagai contoh, dalam anime Macross,
ditayangkan pertama kali pada tahun 1982, tokoh Lynn Minmay menggunakan istilah
ini sebagai kata ganti.
Bentuk slang modern dari otaku
ditulis sepenuhnya dengan aksara hiragana (おたく) atau katakana (オタク, atau yang lebih jarang, ヲタク) untuk membedakan
dengan makna terdahulunya. Istilah ini kemungkinan besar berasal dari
percakapan antar penggemar anime yang selalu menyapa lawan bicara dengan
sebutan Otaku (お宅 Anda) Di awal dekade
1980-an sudah ada istilah slang bernada sumbang byōki (ビョーキ "sakit"?) yang ditujukan
kepada penggemar berat lolicon, manga dan dōjin manga. Istilah byōki sudah
sering muncul dalam dōjinshi sampai ke anime dengan peran utama anak perempuan
seperti Minky Momo.
Pada waktu itu, masyarakat umum
sama sekali belum mengenal istilah otaku. Media massa yang pertama kali
menggunakan istilah otaku adalah radio Nippon Broadcasting System yang
mengangkat segmen Otakuzoku no jittai (おたく族の実態
situasi kalangan otaku?) pada acara radio Young Paradise. Istilah Otakuzoku
(secara harafiah: suku Otaku) digunakan untuk menyebut kalangan otaku,
mengikuti sebutan yang sudah ada untuk kelompok anak muda yang memakai akhiran
kata "zoku," seperti Bōsōzoku dan Takenokozoku.
Pada perkembangan selanjutnya,
sebutan otaku digunakan untuk pria lajang yang mempunyai hobi anime, manga, idol,
permainan video, dan komputer pribadi tanpa mengenal batasan umur. Istilah
otaku juga banyak dipakai untuk menyebut wanita lajang atau wanita sudah
menikah yang membentuk kelompok sedikit bersifat "cult" berdasarkan
persamaan hobi. Kalangan yang berusia 50 tahun ke atas yang merupakan penggemar
berat high culture atau terus mengejar prestasi di bidang akademis jarang
sekali dan hampir tidak pernah disebut otaku.
Otaku juga identik dengan sebutan
Akiba Kei yang digunakan untuk laki-laki yang berselera buruk dalam soal
berpakaian. Sebutan Akiba Kei berasal dari gaya berpakaian laki-laki yang lebih
suka mengeluarkan uang untuk keperluan hobi di distrik Akihabara, Tokyo
daripada membeli baju yang sedang tren. Sebutan lain yang kurang umum untuk
Akiba-Kei adalah A-Boy atau A-Kei, mengikuti istilah B-Boy (B-Kei atau B-Kaji)
yang sudah lebih dulu ada untuk orang yang meniru penampilan penyanyi hip-hop
berkulit hitam.mencapai tingkat pakar dalam bidang tersebut.
Akiba Kei (秋葉系 atau アキバ系 Akiba-kei, tipe Akiba atau gaya Akiba)
adalah istilah slang dalam bahasa Jepang untuk menggambarkan budaya,
kecenderungan gaya berpakaian, dan tingkah laku dari kelompok orang yang
termasuk golongan otaku dan berkumpul di distrik pusat elektronik Akihabara,
Tokyo.
Akiba-kei bisa dibilang merupakan
gaya dari orang-orang yang kurang memikirkan masalah penampilan atau pakaian,
karena terlalu terobsesi dengan hobi yang bisa dipenuhi di Akihabara. Umumnya,
yang dijuluki Akiba-kei adalah orang-orang yang dianggap nyentrik atau aneh,
dan bisa juga karena terlalu sering mangkal di Akihabara.
Otaku di bagi menjadi tiga
generasi, yaitu :
A.
Otaku generasi pertama (kelahiran paruh
pertama tahun 1960-an)
Otaku generasi pertama dibesarkan
sebagai penggemar fiksi sains di saat masyarakat umum masih mengganggap anime
sebagai konsumsi anak-anak. Gekiga yang dimaksudkan sebagai bacaan orang dewasa
lalu mulai dikenal secara luas. Otaku generasi pertama juga mulai ikut-ikutan
membaca Gekiga. Di Jepang, generasi kelahiran tahun 1960-an disebut generasi
Shinjinrui (Generation X) yang sewaktu kecil takjub dengan monster yang bisa
berubah bentuk dan menyenangi Tokusatsu.
B.
Otaku generasi II (kelahiran sekitar
tahun 1970-an)
Di masa kecil membaca Space
Battleship Yamato, Mobile Suit Gundam yang nantinya menjadi bekal penting untuk
menjadi otaku. Masyarakat Jepang mulai menerima kehadiran otaku. Sebagian otaku
generasi II tidak bisa membedakan antara dunia fiksi sains dengan alam nyata,
misalnya Gundam-otaku (Gun-ota). Permainan video dekade 1980-an juga menjadi
kegemaran otaku generasi II. Pada saat yang sama, masyarakat mulai menaruh
praduga terhadap otaku akibat kasus pembunuhan heboh dengan pelaku seorang
otaku. Di kalangan anak sebaya, otaku mulai mendapat perlakuan diskriminasi.
C.
Otaku generasi III (kelahiran sekitar
tahun 1980-an)
Di masa kecil membaca Neon Genesis
Evangelion, otaku generasi III sekarang menjadi inti gerakan Sekai Kei.
Anak-anak dari otaku generasi I mulai menjadi otaku sehingga citra negatif
otaku semakin berkurang dan otaku hanya dianggap sebagai salah satu hobi. Di
kalangan otaku generasi III, kecenderungan Moé sudah menjadi istilah yang
disepakati bersama, sekaligus sebagai prinsip dan tujuan. Otaku generasi III
makin tenggelam di dalam dunia yang digambarkan manga, dan bahkan sampai
menyenangi high culture yang ada di dalamnya.
Dampak dari Otaku.
A. Dampak
Positif :
a. Mengenal
budaya negeri luar khususnya negeri sakura negara yang telah melahirkan anime &
manga tersebut.
b. Menerapkan
budaya/adat istiadat yang dinilai positif dari negeri disiplin dan pekerja
keras itu dalam kehidupan sehari-hari misalnya budaya mengucapkan maaf dan
berterima kasih, ramah dll
c. Meningkatkan
imajinasi seseorang
d. Sudah
banyak ditemukan orang-orang kreatif karena kesukaannya pada anime & manga.
e. Menjadikan
seseorang mempunyai keinginan (cita-cita) untuk menjadi sukses di masa depan
tapi dalam hal apa-apa yang berhubungan dengan jepang dan anime. Dan hal itu
akan membuat seseorang tersebut termotivasi untuk terus berusaha.
f. Karena
faktor negatif yang membuat seseorang sulit 'bersosialisasi' dg orang yang tak
punya hobi yang sama maka orang tersebut lebih memilih sering di rumah, namun
hal tersebut akan membuat seseorang tak kan terjerat yg namanya pergaulan bebas
maupun berhubungan dengan orang-orang yang terlalu bebas bergaul.
g. Bila
ada 2 orang sama-sama punya ketertarikan yang sama terhadap anime & manga
maka akan membuat 2 orang tersebut akan sangat mudah bersosialisasi.
B. Dampak
Negatif :
a. ketergantungan,
seakan menjadikan manga & anime itu sbg suatu kebutuhan dalam hidup yang
harus dipenuhi.
b. Seseorang
yg menyukai anime & manga menyebabkan seseorang tersebut sering berkhayal,
menganggap bahwa tokoh-tokoh yang ada didalamnya hidup dan membayangkan dirinya
berada dalam cerita dan menjadi salah satu tokoh disana.
c. Bagi
sebagian orang membuat malas melakukan segala aktivitas.
d. Sangat
berpengaruh dalam hal bersosialisasi, biasanya orang yang sangat menggemari
anime dan manga (otaku) akan sulit bersosialisasi kecuali dengan orang-orang
yang sama-sama mempunyai hobi yg sama dengannya, yaitu menonton anime dan
manga.
e. Orang
yang sudah menjadi otaku lebih senang diam di rumah menonton anime atau baca
manga, dan menolak bepergian karena tak suka keramaian dan faktor sulit
bersosialisasi.
f. Karena
mengenal kebudayaan atau adat isiadat Jepang dari anime & manga maka mereka
sebagian besar lebih mencintai budaya Jepang daerah asal anime & manga
tersebut, daripada indonesia negaranya sendiri.
g. Budaya
dari luar tentu ada yang tak sesuai dg budaya di negara kita, ada yg baik dan malah
ada yg buruk, karena mengenal dari anime & manga mengenai budaya Jepang
maka tidak menutup kemungkinan budaya nya ditiru bahkan sampai yang dinilai di
negara kita buruk (ini hanya bagi orang2 yang tak mampu menyaring seharusnya
apa2 yang perlu diserap)
h.
Bagi org yg sudah menjadi otaku,
sebagian apatis terhadap keadaan sekitar bahkan masa depannya yg selalu
memenuhi fikirannya hanya kesenangannya saat menonton anime & manga.
2. Akiba Kei
Akiba Kei adalah istilah slang dalam bahasa Jepang
untuk menggambarkan budaya, dan memiliki gaya pakaian yang dianggap nyentrik
atau aneh dan biasanya mereka berkumpul di distrik pusat elektronik Akihabara,
Tokyo.
3. Kodokushi
Kodokushi atau dying alone/isolated death adalah suatu fenomena sosial yang muncul di Jepang pasca gempa bumi Kobe tahun 1995.
4. Hikikomori
Hikikomori = Menarik diri atau mengurung diri dan menolak
untuk keluar rumah. Rentan terjadi pada usia 20-29, dan didominasi oleh
laki-laki. Durasi sedikitnya enam bulan. Bermula dari rasa enggan sekolah atau
futoko. Menurut NHK, penduduk Hikikomori tahun 2005 1,6 juta. Semi hikikomori 3
juta orang.
5. NEET
NEET : Not Employment, Education or Training. Dikenal
sejak tahun 1997 dengan bahasa Jepang mogyousha. NEET terbagi atas : Yankee
Kata, Hikikomori Kata, Tachisukumu Kata, Tsumazuki Kata. Untuk lebih jelas bisa
dilihat di anime seperti Hataraku dan Maou-Sama. Penyebab terjadinya NEET
adalah, adanya masalah di sekolah, Ijime oleh teman, perkembangan teknologi,
dan perbedaan selera antar teman.
- Jumlah Muenshi meningkat dari tahun ke tahun.
- Tingkat bunuh diri yang meningkat.
- Penurunan angka kelahiran
- Jika dalam jangka panjang, maka Jepang akan mengalami krisis pertumbuhan penduduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar