Minggu, 13 Desember 2015

Sehari Di Parangtritis

Pantai Parangtritis
Minggu tanggal 6 Desember kemarin, saya pergi ke Pantai Parangtritis setelah sempat sebelumnya mengikuti ujian Noken di SMK 2 Yogyakarta. Ujian Noken adalah ujian kemampuan bahasa Jepang yang diselenggarakan oleh pemerintah Jepang. Tidak seperti Toefl, Noken terdiri dari lima jenjang. Yang paling mudah N5 dan yang paling susah N1. Salah satu syarat untuk bisa lulus mahasiswa Sastra Jepang harus memiliki sertifikat N3. 

Karena saya sudah semester lima, mau tidak mau saya harus mengikuti ujian N3. Walaupun bisa dibilang saat ujian saya tidak benar-benar mengerjakannya. Ruangan kelas SMK 2 Yogyakarta yang dingin, dan cuaca yang mendung seolah-olah menjelma menjadi obat tidur yang mujarab. Alhasil bukannya mengerjakan saya lebih memilih untuk memejamkan mata dengan meja sebagai tumpuan. Ahh, saya merindukan masa-masa sekolah.

Semuanya Abu-abu
Ujian dimulai pukul sepuluh dan selesai pukul satu siang. Masih ada banyak waktu sebelum pulang ke Semarang.  Jadi kami berunding sebentar hendak pergi ke mana. Beberapa teman mengusulkan pergi ke Pantai mengingat di Semarang tak ada Pantai. Lagi pula terlalu lama berkutat dengan tugas kuliah yang tak ada habisnya jadi kami rasa menikmati vitamin sea tak ada salahnya.

Mulanya pilihan kami jatuh pada Pantai Pok Tunggal yang berada di Gunung Kidul. Karena perjalanannya yang membutuhkan waktu lama dari Yogya, kami mengurungkan niat dan memilih Pantai Parangtritis yang lebih mudah dijangkau. Pantai Parangtritis sendiri terletak di wilayah Bantul, membutuhkan waktu sekitar empat puluh menit dari Yogya. Sepanjang perjalanan menuju Pantai Parangtritis kita bisa melihat sawah-sawah terhampar luas. Hijau dan menyegarkan mata. 

Sayangnya hari itu mendung. Jadi saat tiba di Parangtritis saya agak sedikit kecewa. Dibayangan saya, saya bisa melihat langit bewarna biru dan jernihnya air laut yang juga bewarna biru. Tapi hari itu saya hanya melihat warna abu-abu di mana. Tak apalah, setidaknya kaki saya menyentuh air pantai setelah lama tidak mantai.

Kekecewaan saya tidak hanya di situ. Setahun yang lalu, saat saya masih semester tiga saya juga pernah pergi ke Parangtritis. Saya ingat betul dulu, Pantainya benar-benar bersih tak banyak sampah. Tapi kemarin saat saya ke sana, sepanjang mata memandang banyak sekali sampah berserakan. Paling banyak sampah bekas makanan. Saya jadi teringat dengan kejadian yang baru saja terjadi di Yogyakarta di daerah Gunung Kidul. Bunga Amarylis yang hanya mekar satu tahun sekali rusak parah akibat ulah manusia yang ingin mengabadikan bunga tersebut ke dalam bentuk foto.

Mantai
Benar-benar disayangkan. Alam (Pantai dan Bunga) yang seharusnya indah mulai kehilangan pesonanya akibat kelalaian manusia dalam menjaga. Saya tidak menuduh siapa-siapa. Apalagi menyebutkan nama. Saya menulis ini juga sebagai bentuk renungan untuk diri saya sendiri. Apa gunanya kita mengoceh panjang lebar untuk menjaga kebersihan kalau diri kita sendiri tidak menjaga kebersihan. Bukankah untuk merubah sesuatu harus dimulai dari diri kita sendiri kan? Jadi mari kita miliki pemahaman yang baik tentang alam. Mari kita jaga bersama. Toh yang menikmati juga kita. Tuhan sudah begitu baiknya memberikan pantainya untuk kita, masa mau kita rusak begitu saja. Jadi, untuk siapapun yang pergi berlibur ke Pantai jangan buang sampahnya sembarangan yaaa. :D



Parangtritis Setahun Yang Lalu






Pantai Parangtritis Sekarang