Kamis, 05 Mei 2016

Muen Shakai (Masyarakat Terkucil di jepang)

Sebelum saya memaparkan apa itu Muen Shakai, akan saya paparkan fakta-faktanya terlebih dahulu.
  1. Pada Tahun 1987 ada 1.123 muenshi 788 laki-laki dan 335 perempuan
  2. Dan tahun 2006 melonjak menjadi 3.395. 2362 laki-laki dan 1.033 perempuan
  3. Dan sekarang setiap hari hampir ada 10 orang yang meninggal tanpa diketahui identitasnya.
  4. Pada tahun 1920 orang yang memutuskan untuk  tinggal sendiri mengalami peningkatan. Hingga puncaknya pada 1980, 40 % warga Jepang tinggal sendiri.
  5. Pada tahun 1975 JPSS melaporkan bahwa generasi muda Jepang yang tinggal dengan orang tuanya turun sebanyak 54.4 %.


Kata Muen Shakai  ditujukan untuk setiap orang Jepang yang sama sekali tidak ingin dan tidak pernah bersosialisasi. Fenomena ini sudah tersebar luas di mana orang Jepang mendapati bahwa hubungan pribadi mereka di rumah, tempat kerja serta di dalam komunitas lokal melemah. Kata Muen Shakai sendiri berarti “Masyarakat terkucil”. Faktor yang menyebabkan Muen Shakai ini tak lain dan tak bukan adalah faktor kegemaran, faktor keluarga,  faktor sosial, dan faktor ekonomi.
Dan golongan orang yang bisa disebut dengan muenshi adalah sebagai berikut.
1. Otaku 

Teknologi yang sangat maju, membuat masyarakat Jepang pada khususnya menjadi terlena dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Hingga muncul istilah Otaku (おたく/オタク) istilah  ini digunakan untuk menyebut orang yang betul-betul menekuni hobi. Istilah "otaku" dalam arti sempit awalnya hanya digunakan di antara orang-orang yang memiliki hobi sejenis yang membentuk kalangan terbatas seperti penerbitan Dōjinshi. Belakangan ini, istilah otaku dalam arti luas sering dapat mempunyai konotasi negatif atau positif bergantung pada situasi dan orang yang menggunakannya. Istilah otaku secara negatif digunakan untuk penggemar fanatik suatu subkultur yang letak bagusnya tidak bisa dimengerti masyarakat umum, atau orang yang kurang mampu berkomunikasi dan sering tidak mau bergaul dengan orang lain. Otaku secara positif digunakan untuk menyebut orang yang sangat mendalami suatu bidang hingga mendetil, dibarengi tingkat pengetahuan yang sangat tinggi hingga Sebelum istilah otaku menjadi populer di Jepang, sudah ada orang yang disebut "mania" karena hanya menekuni sesuatu dan tidak mempunyai minat pada kehidupan sehari-hari yang biasa dilakukan orang. Di Jepang, istilah otaku sering digunakan di luar konteks penggemar berat anime atau manga untuk menggantikan istilah mania, sehingga ada istilah Game-otaku, Gundam-otaku (otaku mengenai robot Gundam), Gunji-otaku (otaku bidang militer), Pasokon-otaku (otaku komputer), Tetsudō-otaku (otaku kereta api alias Tecchan), Morning Musume-otaku (otaku Morning Musume alias Mō-ota), Jani-ota (otaku penyanyi keren yang tergabung dalam Johnny & Associates).
Secara derogatif, istilah otaku banyak digunakan orang sebagai sebutan bagi "laki-laki dengan kebiasaan aneh dan tidak dimengerti masyarakat umum," tanpa memandang orang tersebut menekuni suatu hobi atau tidak. Anak perempuan di Jepang sering menggunakan istilah otaku untuk anak laki-laki yang tidak populer di kalangan anak perempuan, tapi sebaliknya istilah ini tidak pernah digunakan untuk perempuan. Berhubung istilah otaku sering digunakan dalam konteks yang menyinggung perasaan, penggunaan istilah otaku sering dikritik sebagai praduga atau perlakuan diskriminasi terhadap seseorang. Dunia Otaku ini semakin lama semakin mengerikan, karena bukan meningkatkan kualitas pribadi tetapi malah membuat masyarakat menjadi pribadi yang enggan berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka berpikiran untuk hidup sendiri dan  tidak membutuhkan orang lain. Hal ini berbanding lurus  dengan rendahnya tingkat pernikahan yang terjadi di negara Jepang.  Jika hal ini terjadi secara terus menerus maka akan mengakibatkan turunnya angka kelahiran, sehingga generasi muda di Jepang akan sulit ditemukan.
Otaku itu sendiri mulai dikenal di luar Jepang untuk menyebut penggemar berat subkultur asal Jepang seperti anime dan manga sejak paruh kedua dekade 1990-an. Istilah otaku pertama kali diperkenalkan oleh kolumnis Nakamori Akio dalam artikel "Otaku" no Kenkyū (おたくの研究 Penelitian tentang Otaku) yang dimuat majalah Manga Burikko. Dalam artikel yang dimuat bersambung dari bulan Juni hingga Desember 1983, istilah otaku digunakan untuk menyebut penggemar berat subkultur seperti anime dan manga. Otaku berasal dari sebuah istilah bahasa Jepang yang merujuk kepada rumah atau keluarga orang lain (お宅/御宅, otaku). Kata ini sering digunakan sebagai metafora untuk honorifik kata ganti orang kedua. Dalam kasus ini, terjemahannya adalah "Anda". Sebagai contoh, dalam anime Macross, ditayangkan pertama kali pada tahun 1982, tokoh Lynn Minmay menggunakan istilah ini sebagai kata ganti.
Bentuk slang modern dari otaku ditulis sepenuhnya dengan aksara hiragana (おたく) atau katakana (オタク, atau yang lebih jarang, ヲタク) untuk membedakan dengan makna terdahulunya. Istilah ini kemungkinan besar berasal dari percakapan antar penggemar anime yang selalu menyapa lawan bicara dengan sebutan Otaku (お宅 Anda) Di awal dekade 1980-an sudah ada istilah slang bernada sumbang byōki (ビョーキ "sakit"?) yang ditujukan kepada penggemar berat lolicon, manga dan dōjin manga. Istilah byōki sudah sering muncul dalam dōjinshi sampai ke anime dengan peran utama anak perempuan seperti Minky Momo.
Pada waktu itu, masyarakat umum sama sekali belum mengenal istilah otaku. Media massa yang pertama kali menggunakan istilah otaku adalah radio Nippon Broadcasting System yang mengangkat segmen Otakuzoku no jittai (おたく族の実態 situasi kalangan otaku?) pada acara radio Young Paradise. Istilah Otakuzoku (secara harafiah: suku Otaku) digunakan untuk menyebut kalangan otaku, mengikuti sebutan yang sudah ada untuk kelompok anak muda yang memakai akhiran kata "zoku," seperti Bōsōzoku dan Takenokozoku.
Pada perkembangan selanjutnya, sebutan otaku digunakan untuk pria lajang yang mempunyai hobi anime, manga, idol, permainan video, dan komputer pribadi tanpa mengenal batasan umur. Istilah otaku juga banyak dipakai untuk menyebut wanita lajang atau wanita sudah menikah yang membentuk kelompok sedikit bersifat "cult" berdasarkan persamaan hobi. Kalangan yang berusia 50 tahun ke atas yang merupakan penggemar berat high culture atau terus mengejar prestasi di bidang akademis jarang sekali dan hampir tidak pernah disebut otaku.
Otaku juga identik dengan sebutan Akiba Kei yang digunakan untuk laki-laki yang berselera buruk dalam soal berpakaian. Sebutan Akiba Kei berasal dari gaya berpakaian laki-laki yang lebih suka mengeluarkan uang untuk keperluan hobi di distrik Akihabara, Tokyo daripada membeli baju yang sedang tren. Sebutan lain yang kurang umum untuk Akiba-Kei adalah A-Boy atau A-Kei, mengikuti istilah B-Boy (B-Kei atau B-Kaji) yang sudah lebih dulu ada untuk orang yang meniru penampilan penyanyi hip-hop berkulit hitam.mencapai tingkat pakar dalam bidang tersebut.
Akiba Kei (秋葉系 atau アキバ系 Akiba-kei, tipe Akiba atau gaya Akiba) adalah istilah slang dalam bahasa Jepang untuk menggambarkan budaya, kecenderungan gaya berpakaian, dan tingkah laku dari kelompok orang yang termasuk golongan otaku dan berkumpul di distrik pusat elektronik Akihabara, Tokyo.
Akiba-kei bisa dibilang merupakan gaya dari orang-orang yang kurang memikirkan masalah penampilan atau pakaian, karena terlalu terobsesi dengan hobi yang bisa dipenuhi di Akihabara. Umumnya, yang dijuluki Akiba-kei adalah orang-orang yang dianggap nyentrik atau aneh, dan bisa juga karena terlalu sering mangkal di Akihabara.
Otaku di bagi menjadi tiga generasi, yaitu :
A.    Otaku generasi pertama (kelahiran paruh pertama tahun 1960-an)
Otaku generasi pertama dibesarkan sebagai penggemar fiksi sains di saat masyarakat umum masih mengganggap anime sebagai konsumsi anak-anak. Gekiga yang dimaksudkan sebagai bacaan orang dewasa lalu mulai dikenal secara luas. Otaku generasi pertama juga mulai ikut-ikutan membaca Gekiga. Di Jepang, generasi kelahiran tahun 1960-an disebut generasi Shinjinrui (Generation X) yang sewaktu kecil takjub dengan monster yang bisa berubah bentuk dan menyenangi Tokusatsu.
B.     Otaku generasi II (kelahiran sekitar tahun 1970-an)
Di masa kecil membaca Space Battleship Yamato, Mobile Suit Gundam yang nantinya menjadi bekal penting untuk menjadi otaku. Masyarakat Jepang mulai menerima kehadiran otaku. Sebagian otaku generasi II tidak bisa membedakan antara dunia fiksi sains dengan alam nyata, misalnya Gundam-otaku (Gun-ota). Permainan video dekade 1980-an juga menjadi kegemaran otaku generasi II. Pada saat yang sama, masyarakat mulai menaruh praduga terhadap otaku akibat kasus pembunuhan heboh dengan pelaku seorang otaku. Di kalangan anak sebaya, otaku mulai mendapat perlakuan diskriminasi.
C.     Otaku generasi III (kelahiran sekitar tahun 1980-an)
Di masa kecil membaca Neon Genesis Evangelion, otaku generasi III sekarang menjadi inti gerakan Sekai Kei. Anak-anak dari otaku generasi I mulai menjadi otaku sehingga citra negatif otaku semakin berkurang dan otaku hanya dianggap sebagai salah satu hobi. Di kalangan otaku generasi III, kecenderungan Moé sudah menjadi istilah yang disepakati bersama, sekaligus sebagai prinsip dan tujuan. Otaku generasi III makin tenggelam di dalam dunia yang digambarkan manga, dan bahkan sampai menyenangi high culture yang ada di dalamnya.
Dampak dari Otaku.
A.    Dampak Positif :
a.       Mengenal budaya negeri luar khususnya negeri sakura negara yang telah melahirkan anime & manga tersebut.
b.      Menerapkan budaya/adat istiadat yang dinilai positif dari negeri disiplin dan pekerja keras itu dalam kehidupan sehari-hari misalnya budaya mengucapkan maaf dan berterima kasih, ramah dll
c.       Meningkatkan imajinasi seseorang
d.      Sudah banyak ditemukan orang-orang kreatif karena kesukaannya pada anime & manga.
e.       Menjadikan seseorang mempunyai keinginan (cita-cita) untuk menjadi sukses di masa depan tapi dalam hal apa-apa yang berhubungan dengan jepang dan anime. Dan hal itu akan membuat seseorang tersebut termotivasi untuk terus berusaha.
f.       Karena faktor negatif yang membuat seseorang sulit 'bersosialisasi' dg orang yang tak punya hobi yang sama maka orang tersebut lebih memilih sering di rumah, namun hal tersebut akan membuat seseorang tak kan terjerat yg namanya pergaulan bebas maupun berhubungan dengan orang-orang yang terlalu bebas bergaul.
g.      Bila ada 2 orang sama-sama punya ketertarikan yang sama terhadap anime & manga maka akan membuat 2 orang tersebut akan sangat mudah bersosialisasi.

B.     Dampak Negatif :
a.       ketergantungan, seakan menjadikan manga & anime itu sbg suatu kebutuhan dalam hidup yang harus dipenuhi.
b.      Seseorang yg menyukai anime & manga menyebabkan seseorang tersebut sering berkhayal, menganggap bahwa tokoh-tokoh yang ada didalamnya hidup dan membayangkan dirinya berada dalam cerita dan menjadi salah satu tokoh disana.
c.       Bagi sebagian orang membuat malas melakukan segala aktivitas.
d.      Sangat berpengaruh dalam hal bersosialisasi, biasanya orang yang sangat menggemari anime dan manga (otaku) akan sulit bersosialisasi kecuali dengan orang-orang yang sama-sama mempunyai hobi yg sama dengannya, yaitu menonton anime dan manga.
e.       Orang yang sudah menjadi otaku lebih senang diam di rumah menonton anime atau baca manga, dan menolak bepergian karena tak suka keramaian dan faktor sulit bersosialisasi.
f.       Karena mengenal kebudayaan atau adat isiadat Jepang dari anime & manga maka mereka sebagian besar lebih mencintai budaya Jepang daerah asal anime & manga tersebut, daripada indonesia negaranya sendiri.
g.      Budaya dari luar tentu ada yang tak sesuai dg budaya di negara kita, ada yg baik dan malah ada yg buruk, karena mengenal dari anime & manga mengenai budaya Jepang maka tidak menutup kemungkinan budaya nya ditiru bahkan sampai yang dinilai di negara kita buruk (ini hanya bagi orang2 yang tak mampu menyaring seharusnya apa2 yang perlu diserap)
h.      Bagi org yg sudah menjadi otaku, sebagian apatis terhadap keadaan sekitar bahkan masa depannya yg selalu memenuhi fikirannya hanya kesenangannya saat menonton anime & manga.
2. Akiba Kei 

Akiba Kei adalah istilah slang dalam bahasa Jepang untuk menggambarkan budaya, dan memiliki gaya pakaian yang dianggap nyentrik atau aneh dan biasanya mereka berkumpul di distrik pusat elektronik Akihabara, Tokyo.
3. Kodokushi
Kodokushi  atau dying alone/isolated death adalah suatu fenomena sosial yang muncul di Jepang pasca gempa bumi Kobe tahun 1995. 
4. Hikikomori
Hikikomori = Menarik diri atau mengurung diri dan menolak untuk keluar rumah. Rentan terjadi pada usia 20-29, dan didominasi oleh laki-laki. Durasi sedikitnya enam bulan. Bermula dari rasa enggan sekolah atau futoko. Menurut NHK, penduduk Hikikomori tahun 2005 1,6 juta. Semi hikikomori 3 juta orang.
5. NEET
NEET : Not Employment, Education or Training. Dikenal sejak tahun 1997 dengan bahasa Jepang mogyousha. NEET terbagi atas : Yankee Kata, Hikikomori Kata, Tachisukumu Kata, Tsumazuki Kata. Untuk lebih jelas bisa dilihat di anime seperti Hataraku dan Maou-Sama. Penyebab terjadinya NEET adalah, adanya masalah di sekolah, Ijime oleh teman, perkembangan teknologi, dan perbedaan selera antar teman.

Akibat dari Muen Shakai adalah
  1. Jumlah Muenshi meningkat dari tahun ke tahun.
  2. Tingkat bunuh diri yang meningkat.
  3. Penurunan angka kelahiran
  4. Jika dalam jangka panjang, maka Jepang akan mengalami krisis pertumbuhan penduduk.