Senin, 25 April 2016

Kagome-Kagome (Permainan Tradisional Jepang yang Misterius)

Sebelum menjadi Mahasiswa seperti sekarang ini, kita semua pasti melewati masa kanak-kanak yang menyenangkan. Yang setiap harinya hanya berkutat dengan permainan-permainan yang tak pernah membuat bosan meskipun sudah ratusan kali dilakukan. berbeda dengan  anak-anak zaman sekarang yang lebih memilih menggunakan gadget untuk bermain games, anak-anak zaman dahulu tidak bisa lepas dari  permainan tradisional.
Kagome-Kagome
Dilihat dari kata permainan tradisional kita bisa mengetahui permainan  tradisional adalah permainan yang telah ada sejak zaman dahulu dan diturunkan secara turun temurun untuk anak cucu kita. perkembangan permainan tradisional ini bisa dibilang jalan ditempat sejak kemajuan teknologi merambah kehidupan kita atau malah bisa dibilang mengalami kemunduran yang signifikan.
Tapi dengan adanya permainan tradisional itu membuktikan bahwa suatu negara memiliki kebudayaan yang tak ternilai hargnya. Seperti halnya negara Jepang yang kaya akan kebudayaan. Jepang adalah salah satu negara Asia yang bisa disejajarkan dengan negara-negara maju di Eropa, maka tak heran jika Jepang disebut dengan Macan Asia.  Yang menakjubkan lagi dari Jepang adalah, Jepang sangat menjaga kebudayaannya sehingga tidak luntur dan usang ditelan zaman. Selain menjaga kebudayaan untuk negara mereka sendiri Jepang juga mempromosikan kebudayaannya sehingga hampir semua mata di dunia tahu tentang kebudayaan mereka. Salah satu contoh kebudayaannya meliputi permainan tradisional Jepang. Jepang memiliki banyak permainan tradisional, di antara lain yaitu :
  1.      Darumasan ga koronda
  2.   Ponjan (sejenis mahjong)
  3. Fukuwarai (permainan menempelkan anggota wajah)
  4.  Hana Ichi Momme
  5.   Hanetsuki
  6.   Kagome Kagome
  7.   Ken Ken Pa§
  8.    Makura-Nage
  9.   Nawatobi
  10.  Onigokko
  11.  Oshikura manju
  12.  Otedama
  13.  Uta-garuta
  14.  Kamizumo
Kali ini saya akan membahas permainan Kagome Kagome. Kagome Kagome adalah   permainan anak-anak di Jepang yang dimainkan sekelompok anak-anak yang bernyanyi sambil berjalan bergandengan tangan melingkari seorang anak yang sedang menjadi Oni.
Oni adalah makhluk kuat, jahat, dan menakutkan yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural dalam kepercayaan Jepang. Ia datang dari dunia lain membawa bencana atau nasib baik. Kekuatan spiritual yang dimilikinya begitu menakutkan, dan dipercaya memiliki kekuatan baik sekaligus jahat, sehingga menjadi obyek pemujaan sekaligus dihindari kehadirannya. Oni termasuk salah satu jenis yōkai. Dalam bahasa Tionghoa, aksara hanzi untuk oni dibaca sebagai "guǐ" yang berarti arwah orang meninggal. Bagi orang Tionghoa, nama tersebut tabu untuk disebut-sebut. Di Jepang, aksara yang sama dibaca sebagai oni (iblis), mono (arwah yang berdiam), atau kami. Sejak zaman Heian, oni digambarkan sebagai laki-laki besar berambut gondrong dan keriting. Matanya besar menakutkan. Di kepalanya terdapat dua buah tanduk (oni merah) atau sebuah tanduk (oni biru). Mulutnya dipenuhi gigi yang bertaring, dan jarinya berkuku tajam. Pakaian hanya berupa sepotong cawat (fundoshi) dari kulit harimau. Senjata yang dibawanya disebut kanebō, berbentuk sebilah gada penuh duri-duri tajam.
Lagu yang dinyanyikan adalah lagu anak-anak Kagome Kagome. Anak yang menjadi oni duduk mendekam di tengah lingkaran sambil menutup mata dengan kedua belah tangan. Ketika lagu selesai dinyanyikan, anak itu harus menebak nama anak yang persis ada di belakangnya. Anak yang namanya berhasil ditebak mendapat giliran berjaga.
Permainan ini umumnya dilakukan oleh kelompok kecil yang terdiri dari 5 hingga 6 orang anak. Bila peserta terlalu banyak, anak yang sedang menjadi oni sulit untuk menebak nama anak yang persis ada di belakangnya. Permainan dimulai dengan janken untuk   mengundi anak yang akan dijadikan oni.
Janken bisa disebut juga Batu -Gunting-Kertas adalah sebuah permainan tangan dua orang. Permainan ini sering digunakan untuk pemilihan acak, seperti halnya pelemparan koin, dadu, dan lain-lain. Beberapa permainan dan olahraga menggunakannya untuk menentukan peserta mana yang bermain terlebih dahulu. Kadang ia juga dipakai untuk menentukan peran dalam permainan peran, maupun dipakai sebagai sarana perjudian. Permainan ini dimainkan di berbagai belahan dunia. Di kalangan anak-anak Indonesia, permainan ini juga dikenal dengan istilah "Suwit Jepang". Di Indonesia dikenal juga permainan sejenis yang dinamakan suwit—Terdapat tiga isyarat tangan dalam permainan ini. Batu digambarkan oleh tangan mengepal, gunting digambarkan oleh jari telunjuk dan tengah, kertas digambarkan oleh tangan terbuka. Tujuan dari permainan adalah mengalahkan lawan bermain. Aturan standar adalah batu mengalahkan gunting, gunting mengalahkan kertas, dan kertas mengalahkan batu. Jika kedua pemain mengeluarkan isyarat yang sama, maka permainan diulang. Kadangkala pemain menggunakan sistem berulang-ulang artinya sekali kemenangan tidak cukup untuk menghentikan permainan. Misalnya pemain yang menang 5 kali terlebih dahulu menjadi pemenang
Lirik lagu yang dinyanyikan sewaktu mengelilingi oni dapat berbeda sedikit menurut daerahnya di Jepang. Lirik yang populer sekarang adalah lirik yang didokumentasikan oleh Naoji Yamanaka di kota Noda, Prefektur Chiba pada awal zaman Showa. Lirik lagu Kagome Kagome dapat ditafsirkan bermacam-macam. Berbagai kanji yang berbeda dapat dipakai untuk menulis kata kagome sehingga artinya menjadi berbeda-beda:
1.      kagome 籠目, anyaman kotak dari bambu
2.      kakome 囲め, kelilingi
3.      kagame 屈め, duduklah mendekam
Kata kagome juga dapat berarti tempat hukuman mati yang dikelilingi pagar bambu, segi enam, heksagram, atau ditulis sebagai kagome (籠女?) yang berarti wanita hamil. Begitu pula halnya dengan kata-kata berikutnya yang mengundang berbagai penafsiran. Oleh karena itu, lirik lagu ini melahirkan berbagai cerita misteri, mulai dari kisah wanita hamil yang keguguran karena jatuh didorong mertua, wanita penghibur yang selalu dikurung dan diawasi, hingga sandi menuju lokasi Emas Terpendam Tokugawa.
Lirik Kagome Kagome.
Kagome kagome, kago no naka no tori wa
Itsu itsu deyaru? Yoake no ban ni
Tsuru to kamee to subetta
Ushiro no shoumen daare?
Artinya :
Kagome kagome, burung dalam sangkar
Kapan kapan kau keluar? Saat malam dini hari
Burung jenjang dan penyu tergelincir
Siapa yang ada tepat di belakang?
Lirik lagu Kagome Kagome menurut banyak orang adalah salah satu lagu yang menyeramkan karena banyak mengandung misteri selain lagu toru-toru bozu dan Tooryanse. Lagu ini juga dikaitkan dengan salah satu kisah tragis anak-anak panti asuhan yang ada di jepang. Mereka menjadi objek eksperimen berbahaya  para ilmuwan NAZI (Jerman), kisah ini terjadi setelah perang dunia ke-dua berakhir.
Di sebuah bukit daerah Shimane, dekat dengan area Hiroshima banyak ilmuwan NAZI  yang melakukan eksperimen yang tidak bisa diterima dengan akal sehat. Ilmuwan-ilmuwan ini dikenal sebagai ilmuwan yang sering melakukan eksperimen aneh dan selalu bersembunyi di bawah radar dan kali ini mereka ingin meneliti sebuah ‘keabadian’.  Mereka beranggapan di dalam otak terdapat ‘tombol kematian universal’ yang aktif setelah otak manusia berkembang dan tombol inilah yang mengatur kematian seseorang.
Para ilmuwan ini mengemukakan bahwa mereka bisa mengangkat tombol tersebut dan memberikan manusia sebuah keabadian dan eksperimen ini berlangsung pada tahun 1942. Mereka memilih sebuah panti asuhan di Jepang, sebagai tempat eksperimen dan objek penelitian mereka adalah anak-anak yang tinggal di dalam panti asuhan tersebut. 
Sebelum anak-anak tersebut diteliti  mereka akan melakukan tes psikologi dan mendapatkan imunisasi  agar terhindar dari cacat dan saat itu mereka memulai eksperimen mereka  dengan membedah salah satu staff  panti asuhan tersebut untuk mencari tahu perbedaan antara  otak manusia dewasa dan otak anak-anak. Sambil mencari tombol kematian tersebut agar dapat memulai eksperimen mereka.
Korban pertama eksperimen tersebut adalah anak yang paling tinggi di antara semua anak di panti tersebut. Mereka mulai membelah kepala anak itu dan mengangkat ‘tombol kematian’nya. Namun naas, saat kepalanya di tutup, anak ini kemudian tewas dan mayatnya di buang begitu saja di hutan belakang panti asuhan tersebut.

Setelah mendapat banyak peralatan baru dan menggunakan metode-metode yang berbeda di setiap penelitiannya. Para ilmuwan ini akhirnya berhasil mengangkat ‘tombol kematian’ tersebut dan membangunkan banyak pasien mereka dan pada tahun 1943, mereka sukses mengangkat ‘tombol kematian’ seorang gadis termuda di panti tersebut, namun sayangnya gadis kecil ini kehilangan kemampuan untuk berkeringat. Para ilmuwan ini merasa begitu senang dan berpesta pora dan akhirnya mereka beristirahat untuk sementara waktu.
Namun, keesokan paginya, anak ini tidak bangun dari tidurnya dan mengalami koma. Sayang, para ilmuwan ini tidak menyerah begitu saja, beberapa saat kemudian entah dengan metode apa, mereka berhasil membangunkannya kembali dan eksperimen inipun berlanjut dengan eksperimen yang berbeda. Mereka berencana untuk mengamputasi tangan dari salah satu anak dan menggantinya dengan tangan buatan yang rencananya akan di kirim dari Moskow, Rusia. Mereka memilih salah satu anak perempuan dan mengamputasi tangannya begitu saja. Tetapi, tangan buatan tersebut tak kunjung datang dan anak perempuan itupun hidup dengan satu tangan saja.
Salah satu anak panti yang tidak menyukai eksperimen tersebut mulai memberontak. Ia mencuri dan menghancurkan catatan, peralatan dan merusak ruangan penelitian mereka. Dibandingkan umurnya yang masih 8 tahun, ia mengakibatkan banyak kerusakan yang tak sesuai dengan ukurannya. Ilmuwan senior begitu memandang hina dirinya namun mereka tak melakukan apapun agar tak menimbulkan kecurigaan.
Mereka malah menyuruh tentara NAZI untuk menghabisinya. Bocah kecil tersebut secara brutal dipenggal oleh bayonet tumpul dan mayatnya tidak di kubur. Ia di buang begitu saja di hutan belakang panti tersebut dan para tentara mengatakan kepada penjaga anak-anak bahwa ia telah menemukan keluarga yang baru.
Para ilmuwan tersebut melanjutkan eksperimen mereka dengan anak-anak yang sudah dibedah sebelumnya untuk mencoba metode baru mereka. Menyedihkan, tak ada satupun dari mereka yang selamat. Pada beberapa anak, ada yang kehilangan dahinya, dagu dan lidahnya di angkat, dan ada yang setengah kepalanya hilang. Tragisnya, semua percobaan ini tanpa menggunakan obat anastetik saat anak-anak malang ini dibedah (tanpa dibius terlebih dahulu agar tidak merasakan sakit).
Para ilmuwan ini berpendapat bahwa eksperimen ini tidak bekerja pada anak-anak. Sehingga, mereka pun memilih beberapa penjaga anak-anak (dewasa) untuk di bedah. Dan mengejutkannya mereka semua selamat dan bertahan.
Saat eksperimen itu sedang berjalan, beberapa ilmuwan diperintahkan untuk melihat kondisi dan sikap anak-anak yang masih bertahan. Disinilah hal-hal aneh mulai terjadi. Di jurnal salah seorang ilmuwan tertulis “Awalnya mereka terlihat normal-normal saja seperti anak-anak lainnya. Bermain dengan ceria, belajar dengan normal tapi jika mereka terpisah dengan kelompoknya, mereka seperti .. hilang.. mereka mondar-mandir tidak jelas, dengan senyum kosong di wajah mereka, mereka selalu menatap langsung kepadamu. Jika di dekati dari belakang, mereka akan berbalik secepat kilat dan beberapa saat, kau dapat melihat ekspresi yang jahat di wajah mereka dan akan membuatmu gemetar. Namun kemudian kau akan sadar mereka hanya sedang membuat senyuman manis di wajah mereka lagi.
Hal lain yang rasanya seperti mengikuti kami, hanya pada saat kami sendiri. Setelah selesai dengan ketikanku dan menuju ruanganku, seringkali aku dikejutkan oleh salah satu anak yang berdiri beberapa meter di lorong yang gelap dan memandangiku. Ketika aku beranjak menuju ruanganku, ia mengikutiku dan aku pun langsung menutup pintuku, mengganjalnya dengan kursi dan kemudian aku tidur dengan tenang. Rasanya mereka seperti hantu di malam hari. Dan hal yang lucu terjadi, aku sering melihat salah satu anak dengan rambut yang sedikit kemerahan. Namun saat aku bertanya pada penjaga, mereka menjawab bahwa tidak ada anak yang seperti itu disini.
Mereka juga sering bermain bahkan sebelum kami datang. Aku tidak memiliki banyak pengetahuan tentang Jepang, tapi nama permainan itu sepertinya ‘kagome kagome’ berdasarkan jawaban salah satu translator kami. Beberapa anak mengelilingi salah satu anak yang duduk di tengah sendirian, bersama mereka berpengangan tangan dan mulai berjalan mengelilinginya dengan wajah yang menakutkan sambil bernyanyi lagu yang aneh, kau akan kalah jika kau curang.
Setelah berbicara dengan mereka, aku melihat sepertinya mereka lebih banyak melamun, pelupa dan terkadang pandangan mereka kosong, seolah-olah eksperimen itu menghapus memori mereka. Tapi sepertinya bukan jenis lamunan yang polos, namun lebih jahat. Mereka akan melihatmu dengan pandangan mata yang lebar dan bertanya padamu pertanyaan yang sepertinya telah mereka ketahui sebelumnya. Salah satunya pernah bertanya “kapan nenekmu mati, apa benar dia meninggalkanmu sebuah jam tangan berlapis emas?” rasanya gila, tapi aku menjawabnya dengan jujur “iya ..”
Pada awal tahun 1945 saat Hiroshima di bombardir musuh dan Jerman terkena denda, eksperimen itu di hentikan. Orang-orang Jerman itu mulai membereskan alat-alat mereka, sebagian dari mereka sudah ada yang pulang dikarenakan mental mereka yang hampir gila karena menghadapi sikap anak-anak tersebut hingga hanya 4 ilmuwan yang tersisa.
Setelah mengirim peralatan mereka yang terakhir, para ilmuwan itu menganggap mereka harus berpamitan dengan para penjaga anak-anak tersebut dan merekapun melakukannya. Dan yang membuat salah satu ilmuwan ketakutan dan mengejutkan ilmuwan lainnya, kepala penjaga tersebut mengatakan dalam bahasa Jerman yang fasih “maukah kalian bermain satu permainan terakhir dengan kami?”
Tiga dari mereka setuju, dan mereka memulai permainan tersebut. Para ilmuwan itu mulai menutup mata mereka dan anak-anak beserta penjaganya mulai mengelilingi mereka.
“Sekarang.. Jika kau curang, kau kalah..”
Satu-satunya ilmuwan yang tersisa lari ketakutan menuju truk terakhir tanpa melihat ke belakang lagi.
Terlepas dari banyaknya misteri yang terkandung dalam lirik lagu Kagome Kagome ini, permainan ini digemari banyak anak-anak di Jepang dan hampir di seluruh belahan dunia mengetahui tentang permainan tradisional ini.