Minggu, 24 April 2016

TERU-TERU BOZU (Boneka Penangkal Hujan yang Cantik)

Teru-teru Bozu yang digantung
Hampir seluruh masyarakat Indonesia pasti tahu, bahwa jika ada satu acara resepsi pernikahan maka tidak akan lepas dari yang namanya pawang hujan. Tugas pawang hujan di sini yaitu melakukan semacam ritual agar hari dimana dilaksanakan resepsi tersebut tidak turun hujan. Meskipun dalam agama hujan merupakan anugerah, tetapi jika jatuhnya dihari yang penting seperti pernikahan akan membuat acara tidak berjalan dengan lancar. Contohnya, jika hari hujan maka tamu undangan yang datang akan lebih sedikit selain itu tanah juga menjadi becek dan lain-lainnya.
Kepercayaan tentang menolak hujan ini juga ada di negara Jepang atau yang lebih dikenal dengan sebutan Negeri Matahari Terbit. Berbeda dengan negara Indonesia, kepercayaan menolak hujan di Jepang sering dilakukan pada bulan September yang merupakan bulan yang berat bagi orang Jepang. Perubahan musim panas ke musim gugur pada bulan-bulan ini selalu diikuti dengan cuaca yang ekstrim seperti badai, topan dan lain sebagainya. Oleh karena itu bagi orang Jepang bulan September atau bulan sembilan adalah bulan yang ingin cepat dilewati, karena dalam budaya orang Jepang angka sembilan dibaca "ku" yang dekat dengan kata "kurushii" yang berarti sengasara.
Jadi pada bulan September tersebut kita bisa menemukan banyak masyarakat Jepang yang memasang Teru-teru Bozu. Teru teru bōzu (bahasa Jepang: 照る照る坊主、てるてる坊主) adalah boneka tradisional Jepang yang terbuat dari kertas atau kain putih yang digantung di tepi jendela dengan menggunakan benang. Dari segi bentuk dan pembuatannya, boneka tersebut mirip dengan boneka hantu seperti yang dibuat pada saat Halloween. Jimat ini diyakini memiliki kekuatan ajaib yang mampu mendatangkan cuaca cerah dan menghentikan atau mencegah hujan. Dalam bahasa Jepang, teru adalah kata kerja yang berarti "bersinar" atau "cerah", dan bōzu dapat berarti bhiksu, atau dalam bahasa pergaulan masa kini dapat berarti "kepala botak"; kata itu juga merupakan istilah akrab untuk menyebut bocah lelaki. Boneka ini dibuat kemudian digantung di depan rumah saat musim hujan badai dengan harapan badai atau hujan segera berlalu dan cuaca kembali cerah. Namun, sebaliknya jika boneka teru-teru bozu dipasang secara terbalik, itu artinya meminta turunnya hujan.
Bagus kan?
Secara tradisonal, jika cuaca berubah cerah, mereka akan digambari mata (bandingkan dengan daruma), sesajen berupa sake suci (神酒) dituangkan pada mereka, kemudian dihanyutkan di sungai. Kebiasaan ini sudah ada sejak dahulu kala dan terus berlangsung hingga sekarang. Pada tanggal 15-17 September 2007 di Azumino Ikeda craft park, kota Ikeda perfektur Nagano, diselenggarakan sebuah even kesenian yang bertajuk "Kita Alpes Teru-Teru Bozu Art Exhibition 1". Kendati ini adalah yang pertama kali, namun peserta yang mengikuti ini cukup banyak dan datang dari seluruh penjuru negeri. Terdapat 525 boneka teru-teru bozu dengan berbagai macam warna yang menarik. Acara yang unik ini tidak hanya mendapat perhatian masyarakat sekitar, namun beberapa radio nasional dan stasiun televisi nasional juga turut serta meliput acara ini.

Bahkan pada zaman Edo sudah banyak anak-anak yang membuat boneka ini dan menyanyikannya untuk memohon cuaca baik "pendeta cuaca baik, cerahkan cuaca esok hari.” Lirik lengkapnya adalah sebagai berikut :
てるてるぼうず,
てるぼうず明日天気にしておくれ
いつかの夢の空のように
晴れたら金の鈴あげよ
てるてるぼうず
てるぼうず明日天気にしておくれ
私の願いを聞いたなら
甘いお酒をたんと飲ましょ
てるてるぼうず
てるぼうず明日天気にしておくれ
もしも曇って泣いてたら
そなたの首をちょんと切るぞ
Artinya:
Teru-teru-bozu, teru bozu
buat besok hari yang cerah
Seperti langit dalam mimpi
jika cuacanya cerah Saya akan memberikan Anda bel emas
Teru-teru-bozu, teru bozu
buat besok hari yang cerah
Jika Anda ingin membuatnya menjadi kenyataan
Kami akan banyak minum sake manis
Teru-teru-bozu, teru bozu
buat besok hari yang cerah
Tetapi jika mendung dan anda menangis (hujan)
Lalu aku akan memotong putus kepalamu
Lagu ini ditulis oleh Kyoson Asahara dan disusun oleh Shinpei Nakayama, rilis pada tahun 1921. Teru-Teru Bozu ini dikatakan sebagai "Warabe Uta". Warabe uta ( ) Adalah lagu-lagu tradisional Jepang, mirip dengan lagu anak-anak. Sering dinyanyikan sebagai bagian dari permainan anak-anak tradisional. Mereka digambarkan sebagai bentuk min'yo - lagu-lagu tradisional Jepang-, biasanya dinyanyikan tanpa disertai instrumen. Lagu Teru-Teru Bozu ini  dikabarkan memiliki sejarah gelap daripada yang pertama kali muncul. Hal ini diduga berasal dari sebuah kisah tentang seorang biksu yang berjanji pada petani untuk menghentikan hujan dan membawa cuaca cerah selama hujan berkepanjangan yang merusak tanaman.
Ketika biarawan itu gagal membawa sinar matahari, ia dihukum mati. Banyak sejarawan rakyat Jepang, menyelediki asal-usul yang sebenarnya dan kebanyakan  dari mereka percaya Teru-teru Bozu berasal dari tradisi lama setelah itu menjadi luas, kemungkinan besar dalam upaya untuk memperbaiki citra boneka.
Hal ini lebih mungkin bahwa "bōzu" dalam nama tidak merujuk kepada seorang biarawan Buddha yang sebenarnya, tetapi untuk bulat, kepala botak biksu seperti boneka, dan "Teru Teru" bercanda merujuk pada efek sinar matahari terang yang mencerminkan dari sebuah kepala botak.
Aneka macam Teru-teru Bozu
Di masa kini, anak-anak membuat teru-teru-bōzu dari kertas tisu atau kapas dan benang lalu menggantungnya di jendela ketika mengharapkan hari yang cerah, seringkali sebelum hari piknik sekolah. Menggantungnya secara terbalik berarti memohon agar hujan turun.
Ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari  kebudayaan Teru-Teru Bozu ini. Salah satunya adalah manusia harus memiliki harapan. Harapan untuk apa saja, contohnya kebahagiaan. Jika dilihat dari dari sejarahnya, para petani Jepang sangat berharap bahwa musim hujan akan segera berakhir



berganti dengan musim panas agar lahan pertanian mereka tidak kebanjiran. Walaupun legenda tersebut berakhir tragis, bukankah dengan adanya boneka Teru-teru Bozu tersebut bisa menjadikan suatu harapan baru bahwa kita bisa berharap esok hari akan cerah bukan?

            Meskipun pada era dewasa ini, hujan bisa diprediksikan melalui perkiraan cuaca dan bagaimana hujan itu bisa dijelaskan dengan ilmu alam. Harapan itu harus selalu ada. Itulah mengapa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan. Tidak akan ada yang namanya kebahagiaan jika kita selalu mengacu pada logika yang di sini diwakilkan oleh pihak laki-laki, dan tidak ada yang namanya bahagia jika kita selalu berpegang teguh pada perasaan kita sendiri yang di sini diwakilkan oleh pihak perempuan. Maka dari itu kita butuh keduanya, untuk menyeimbangkan.
            Begitu juga dengan Teru-teru Bozu, kami yakin untuk ukuran negara Jepang yang sudah sangat maju maka ramalan cuaca di sana 95% akurat. Tetapi kenapa setiap bulan September masih saja banyak ditemui Teru-Teru Bozu yang digantung di negara Jepang? Jawabannya satu. Karena  harapan atau kepercayaan akan keajaiban yang diluar logika manusia itu akan selalu ada. Begitu juga kita.
            Jika ada seratus orang yang  mengatakan bahwa nantinya kita tidak akan sukses, karena kita tidak pintar dan juga tidak berbakat dalam hal apapun. Maka  jika kita percaya maka kita benar-benar menjadi orang yang sangat rugi. Seharusnya kita percaya pada diri sendiri, bukankah kita masih memiliki tenaga untuk bekerja keras. Jadi jangan pernah sekali-kali untuk kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri ataupun keajaiban dari Tuhan. Karena kata keajaiban itu tidak akan pernah hilang dari kosa-kata manusia selama manusia itu masih berusaha.
            Semoga, keajaiban itu tetap ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar